HAJI Muhammad Ideris bin Syech Abdurrasyid bin Kumau bin Tukus bin Habib Abdullah bin Alwi Assegaf adalah salah satu ulama yang tinggal di Desa Gudang Hirang Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan.
Diketahui, Muhammad Ideris dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Guru Ideris atau Tuan Guru Ideris ini berasal dari Desa Satiap Kecamatan Pandauan (Barabai) Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Indonesia dan beliau merupakan anak ke 3 (tiga) dari 5 (lima) bersaudara.
Laki-laki kelahiran, Rabu 1 Juli 1908 Masehi dan bertepatan pada 2 جُمادى الثانية 1326 Hijriyah anak dari pasangan Abdurrasyid dan Syarifah Fatimah ini hijrah dari Barabai ke Banjarmasin sekitar tahun 1960an dan pertama kalinya tinggal di Desa Pemurus daerah kilometer atau pal 7 yang sekarang daerah Kertak Hanyar.
Beliau memiliki 21 keturunan dari 4 (empat) orang istri. Namun dari 21 keturunan tersebut yang bertahan hidup hingga berkeluarga dari istri pertama dua orang anak, yakni Syarifah Arinah dan Sayyidati Maisarah, sedangkan dari istri kedua adalah Hairiyah Assegaf, dari istri ketiga yakni Machmud Djauhari Ideris dan Syarifah Rehlah serta dari istri ke empat Kastalani Ideris dan Aspihani Ideris.
Menurut informasi yang didapatkan, bahwa 2 (dua) orang istri Muhammad Ideris, yakni istri pertama dan kedua pada tahun 1960an sudah meninggal dunia dan hanya tinggal 2 (dua) orang istri yang hidup rukun bersama beliau.
Menurut informasi yang di dapatkan penulis, jejak rekam almarhum di ketika mudanya seorang pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau disaat zaman penjajahan Belanda itu merupakan Pimpinan Laskar GAIB. Laskar GAIB tersebut merupakan pasukan yang ditakuti oleh penjajah. Markas Laskar GAIB ini berada di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan.
Hasil wawancara penulis dengan salah satu veteran pejuang kemerdekaan warga Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang minta namanya tidak perlu disebutkan menceritakan, bahwa Muhammad Ideris itu seorang Pimpinan Laskar GAIB dan memiliki kesaktian diluar nalar dan akal manusia. "Disaat Guru Ideris tersebut diserang oleh tentara Belanda, beliau berada di dalam rumah persembunyiannya itu dan serdadu Belanda mengepung dan membakar rumah tersebut, namun ternyata Guru Ideris itu malahan selamat dan tidak ditemukan dalam puing-puting bekas terbakar itu," ujarnya.
Pernah juga Guru Ideris tersebut di kepung serdadu Belanda, dan beliau menceburkan diri ke sebuah danau, dimana danau tersebut diketahui banyak dihuni oleh buaya-buaya besar. Ditunggu oleh serdadu Belanda selama 2 hari 2 malam, Guru Ideris tersebut tidak kembali-kembali naik ke atas danau. Dikira Guru Ideris itu sudah meninggal dunia dimakan para buaya dan akhirnya para serdadu Belanda itu meninggalkan tepian danau tersebut. Namun ternyata Guru Ideris itu tetap segar bugar, ucap salah satu veteran pejuang tersebut bercerita.
Salah satu anak beliau, Aspihani pernah juga bercerita kepada penulis tentang kesaktian Guru Ideris itu, yakni disaat ia duduk santai di samping rumahnya bersama ayah kandungnya tersebut. Tiba-tiba Guru Ideris mau memperlihatkan kesaksiannya, "saat itu abah mem perlihatkan salah satu benda kesaya, kata abah nak abah bisa memindahkan benda ini ke dalam buah pepaya yang masak di pohon tersebut (kebetulan saat itu ada pohon pepaya dan ada salah satunya yang berbuah masak), tiba-tiba abah menutup benda itu dengan kedua telapak tangan beliau dan saya di minta mengambil buah pepaya tersebut dan membelahnya, ternyata masa Allah benda tersebut berada di dalam buah pepaya tersebut," cerita Aspihani kepada penulis.
Ada juga cerita kerabat dekat Guru Ideris yang saat itu melamar dan meminang wanita cantik untuk dijadikan istri, namun lamarannya tersebut di tolak mentah-mentah oleh si perempuan dan kedua orang tua yang dilamar / dipinangnya. Akhirnya para pelamar itu mendatangi Guru Ideris dan menceritakan tentang kejadian tersebut. Oleh Guru Ideris di minta untuk datang kembali melamar dan meminang perempuan cantik tersebut, ajaib dan ternyata rombongan pelamar itu diterima dengan senang hati oleh perempuan cantik beserta keluarga nya hingga tidak beberapa lama dilangsungkan akad nikah kedua mempelai dan mereka hidup rukun sampai sekarang, cerita Hilmi yang merupakan kerabat dekat Guru Ideris.
40 hari menjelang wafatnya Guru Muhammad Ideris ini, menurut cerita para kerabat dan muridnya, Guru Ideris sempat menyampaikan bahwa beliau sudah hampir meninggal dunia, namun saat itu Guru Ideris berkata, sebelum meninggal dunia, ia mengumpulkan orang banyak dulu, para kerabat dan para murid-muridnya. Hampir 40 hari ternyata Guru Ideris mendadadak memeriahkan perkawinan anak beliau bernama Kastalani bersanding dengan seorang perempuan muda dari suku Jawa bernama Nistrianingsih.
Disaat acara resepsi pernikahan / perkawinan anak beliau, Guru Ideris di saat menghadapi banyak tamu duduk di kursi tenda tamu, beliau mendadak sakit, sore hari Minggu nya Guru Ideris di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, namun pagi hari Selasa beliau minta dipulangkan ke rumahnya saja. Malam Rabu, Selasa Malam (19/07/94) para keluarga dikumpulkan dirumah salah satu istri beliau, disaat usai Sholat Maghrib istri dan anak-anak beliau di berikan nasehat oleh beliau dan diminta untuk menginap bersama pada malam itu. "Jam 2 malam itu kami dibangun kan dari tidur, dan abah berucap rumah kita sudah penuh dengan tamu yang mau menjemput abah, yuk kita berzikir semua. Abah yang mimpin zikir saat itu dan sekitar 20 menit ternyata abah sudah wafat. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun...," ucap salah satu anak Guru Ideris menceritakan kepada penulis.
Informasi dari banyak orang yang melayat saat pengerjaan proses pemakaman Haji Muhammad Ideris. Diketika itu rencana almarhum dimakamkan sesudah Sholat Juhur dan jam 9 an pagi liang lahat sudah mulai di gali. Seusai di gali, air di liang lahat di ambil untuk pengeringan. Ajaib, sampai mayat datang liang lahat tersebut tetap kering tidak ada air yang mengandung di dalamnya. Padahal saat itu musim hujan dan di samping kiri dan samping kanan liang lahat itu ada sungai kecil yang dipenuhi air.
Semula almarhum dimakamkan sesudah Sholat Juhur, namun dikarenakan para pelayat yang mensholatkan jenazah almarhum selaku datang tak putus-putus nya memenuhi kediaman rumah duka, akhirnya almarhum di kebumikan se usai Sholat Ashar. "Mayat beliau diketika di angkat tak terasa. Da sangat ringan sekali, Insya Allah beliau itu penghuni Surga," papar salah satu warga sekitar yang mengaku sempat mengangkat jenazah almarhum Muhammad Ideris.
Dalam catatan, Haji Muhammad Ideris meninggal dunia (wafat) pada hari Rabu 20 Juli 1994 M - 11 Syafar 1415 H pada jam 02,20 Wita di usia 86 tahun dan di makamkan di Alkah keluarga di Kampung Handil Buluan Desa Gudang Hirang Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Makam beliau di apit oleh makam kedua istri beliau, yakni istri ke 3 Hajjah Bariah dan istri ke 4 Hajjah Rukiah.
Dari tutus keturunan almarhum Muhammad Ideris, bermarga Assegaf atau Assagaff (Arab: السقاف; Transliterasi: al-Saqqāf) adalah merupakan salah satu Marga Alawiyyin yang banyak tersebar di Dunia Arab dan negara tujuan diaspora Arab seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, India, Pakistan, dan lainnya.
Assegaf adalah semula merupakan marga Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Orang pertama yang diberi gelar Assegaf adalah seorang Waliyullah Al-Muqaddam Ats-Tsani Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.
Gelar Assegaf yang disandangnya itu karena ia dikenal sebagai pengayom para wali pada zamannya yang diibaratkan sebagai atap (piyan) bangunan yang dalam bahasa Arab disebut "Sagfun" (Arab: سقف; Transliterasi: saqf).
Ditulis oleh Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar